Archive by Author | Mr Bee

Jual propolis mentah

Assalamu’alaikum wr wb,,,kami menyediakan bahan propolis trigona mentah, melayani juga partai besar infomasi harga langsung hubungi aja CP: 08211074949. Pengiriman dari bandung yaa,,

10 Nasihat Lukmanul Hakim kepada Anaknya


Berdasarkan al-Qur’an surat Luqman ayat 13, 16, 17, 18, dan 19 penulis berpandangan bahwa pada ayat-ayat tersebut terdapat sepuluh Nasihat Lukmanul Hakim kepada anaknya. Adapun sepuluh nasihat tersebut adalah sebagai berikut,

  1. Nasihat Agar Tidak Musyrik kepada Allah SWT
    Disebutkan kisahnya oleh firman Allah SWT, (QS.Luqman : 13)
    Artinya : “Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. (Al-Qur’an dan Terjemah Depag RI : 2005 : 412).
    Lukman berpesan kepada anaknya sebagai orang yang paling disayanginya dan paling berhak mendapat pemberian paling utama dari pengetahuannya. Oleh karena itulah, Lukman dalam nasihat pertamanya berpesan agar anaknya menyembah Allah semata, tidak mempersekutukan-Nya dengan dengan sesuatu pun seraya memperingatkan kepadanya : (QS.Luqman [31]: 13)
    Artinya : “…Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar….” (Al-Qur’an dan Terjemah Depag RI : 2005 : 412).
    Yakni syirik adalah dosa yang paling besar. Sehubungan dengan hal ini, Bukhari telah meriwayatkan hadits melalui ‘Abdullah ibn Mas’ud ra,
    ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻗﺘﻴﺒﺔ، ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺟﺮﻳﺮ، ﻋﻦ ﺍﻷﻋﻤﺶ، ﻋﻦ ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ، ﻋﻦ ﻋﻠﻘﻤﺔ ،ﻋﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ، ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ، ﻗﺎﻝ : ﻟﻤﺎ ﻧﺰﻟﺖ : ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﻭَﻟَﻢْ ﻳَﻠْﺒِﺴُﻮﺍ ﺇِﻳﻤَﺎﻧَﻬُﻢْ ﺑِﻈُﻠْﻢٍ، ﺷﻖ ﺫﻟﻚ ﻋﻠﻰ ﺃﺻﺤﺎﺏ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ، ﻭﻗﺎﻟﻮﺍ : ﺃﻳﻨﺎ ﻟﻢ ﻳَﻠْﺒﺲ ﺇﻳﻤﺎﻧﻪ ﺑﻈﻠﻢ؟ ﻓﻘﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : “ ﺇﻧﻪ ﻟﻴﺲ ﺑﺬﺍﻙ، ﺃﻻ ﺗﺴﻤﻊ ﺇﻟﻰ ﻗﻮﻝ ﻟﻘﻤﺎﻥ : ﻳَﺎ ﺑُﻨَﻲَّ ﻻ ﺗُﺸْﺮِﻙْ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﺸِّﺮْﻙَ ﻟَﻈُﻠْﻢٌ ﻋَﻈِﻴﻢٌ
    Artinya : “Al-Bukhari berkata, telah menerangkan kepada kami Qutaibah, (kata Qutaibah) telah menerangkan kepada kami Jarir, dari al-A’masy, dari Ibrahim, dari ’Alqamah, dari ‘Abdullah ibn Mas’ud ra ia berkata, Ketika turun ayat : ‘Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman,’ hal itu sangatlah memberatkan para sahabat, mereka berkata, ‘Siapakah diantara kami yang tidak mencampuradukkan keimanannya dengan kedzaliman?.’ Maka Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya bukanlah demikian (pengertiannya seperti yang kalian katakan), tidakkah kalian pernah mendengar ucapan Lukman: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.‘” (Bukhari jilid II : 1995 : 287).
    Syirik di sini diungkapkan dengan perbuatan zalim. Mereka mencampur-adukkan iman mereka dengan kezaliman, yakni dengan kemusyrikan.
    Selanjutnya, Lukman mengiringinya dengan pesan lain, yaitu agar anaknya menyembah Allah SWT semata dan berbakti kepada kedua orang tua sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya, (QS.al-Isra [17]: 23)
    Artinya : “Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (Al-Qur’an dan Terjemah Depag RI : 2005 : 284).
    Dan memang Allah SWT sering menggandengkan keduanya dalam al-Qur’an. (Ibnu Katsir jilid III : 1990 : 428-429).
    Penulis tidak memasukkan ayat 14 dan 15 dari Qur’an surat Luqman sebagai wasiat Lukman al-Hakim kepada anaknya karena memperhatikan tekstual ayat tersebut tidak menggambarkan bahwa ayat tersebut adalah ucapan Lukam kepada anaknya, walau demikian tetap kedua ayat tersebut menjadi nasihat bagi anak dari Lukman al-Hakim dan anak dari orang tua muslim lainnya.
    Firman Allah SWT, (QS.Luqman [31]: 14-15)
    Artinya : “ Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.” (Al-Qur’an dan Terjemah Depag RI : 2005 : 412).
  2. Nasihat Agar Memegang Teguh Ketauhidan
    Disebutkan oleh firman-Nya, (QS.Luqman : 16)
    Artinya : “(Luqman berkata): “Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (Al-Qur’an dan Terjemah Depag RI : 2005 : 412).
    Seandainya amal sekecil dzarrah (biji kecil) itu dibentengi dan ditutupi berada dalam batu besar yang membisu atau hilang dan lenyap di kawasan langit dan bumi, maka sesungguhnya Allah SWT pasti akan membalasnya. Demikianlah karena sesungguhnya Allah pasti akan membalasnya. Demikianlah karena sesungguhnya Allah, tiada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya dan tiada sebutir dzarrah pun, baik yang ada di langit maupun di bumi, terhalang dari penglihatan-Nya. Oleh sebab itulah disebutkan oleh firman-Nya, (QS.Luqman [31]:13)
    Artinya : “Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (Al-Qur’an dan Terjemah Depag RI : 2005 : 412).
    Lathiifun, Maha Halus pengetahuan-Nya, sehingga segala sesuatu tiada yang tersembunyi betapa pun lembut dan halusnya. Khabiirun, Maha Mengetahui langkah-langkah semut sekecil apa pun yang ada di kegelapan malam yang sangat pekat. (Ibnu Katsir jilid III : 1990 : 428-429).
    Jamaal ‘Abdul Rahman mengutip pemaparan al-Qurthubi, diceritakan bahwa anak Lukman al-Hakim bertanya kepada ayahnya tentang sebutir biji yang jatuh ke dasar laut, apakah Allah mengetahuinya? Maka Lukman menjawabnya dengan mengulangi jawaban semula yang disebutkan dalam firman-Nya,(QS.Luqman [31]: 16)
    Artinya : “(Luqman berkata): “Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (Al-Qur’an dan Terjemah Depag RI : 2005 : 412).(Jamaal ‘Abdul Rahman : 2005 : 341-342).
  3. Nasihat Agar Mendirikan Shalat
    Lukman al-Hakim terus-menerus memberikan pengarahan kepada anaknya dalam pesan selanjutnya. Kisahnya disebutkan oleh firman-Nya, (QS.31:17)
    Artinya : “Hai anakku, Dirikanlah shalat….” (Al-Qur’an dan Terjemah Depag RI : 2005 : 412).
    ‘Aqimish-shalaata, dirikanlah shalat, lengkap dengan batasan-batasan, fardhu-fardhu, dan waktu-waktunya. (Ibnu Katsir jilid III : 1990 : 430).
  4. Nasihat Agar Memiliki Keberanian Memerintah kepada Kebaikan
    Pesan Lukman al-Hakim yang keempat adalah agar anaknya memiliki keberanian untuk memerintah manusia untuk berbuat baik. Firman Allah SWT, (QS.Luqman [31]: 17)
    Artinya : “…dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik….” (Al-Qur’an dan Terjemah Depag RI : 2005 : 412).
  5. Nasihat Agar Memiliki Keberanian Mencegah Kemungkaran
    Pesan Lukman al-Hakim yang kelima adalah agar anaknya memiliki keberanian untuk mencegah orang-orang yang berada di sekitarnya berbuat kemungkaran. Firman Allah SWT, (QS.Luqman [31]: 17)
    Artinya :“…dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar….” (Al-Qur’an dan Terjemah Depag RI : 2005 : 412).
    Terhadap pesan Lukman al-Hakim yang keempat dan kelima kepada anaknya di atas, Ibnu Katsir memberikan keterangan, Wa’mur bi’l-ma’ruufi wanha ‘ani’l-mungkar, perintahkanlah perkara yang baik dan cegahlah perkara yang munkar menurut batas kemampuan dan jerih payahmu. (Ibnu Katsir jilid III : 1990 : 430).
  6. Nasihat Agar Bersabar Terhadap Musibah yang Menimpa
    Pesan Lukman al-Hakim yang keenam adalah agar anaknya bersabar terhadap musibah yang menimpa. Firman Allah SWT, (QS.Luqman [31]: 17)
    Artinya : “…dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”(Al-Qur’an dan Terjemah Depag RI : 2005 : 412).
    Karena sesungguhnya untuk merealisasikan amar ma’ruf dan nahyi mungkar, pelakunya pasti akan mendapat gangguan dari orang lain. Oleh karena itulah, dalam pesan selanjutnya Lukman memerintahkan kepada anaknya untuk bersabar.
    Firman Allah SWT, (QS.Luqman [31]: 17)
    Artinya : “… Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (Al-Qur’an dan Terjemah Depag RI : 2005 : 412).
    Yakni bersikap sabar dalam memhhadapi gangguan manusia termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah SWT. (Ibnu Katsir jilid III : 1990 : 430).
    Menurut pendapat lain, Lukman memerintahkan kepada anaknya bersabar dalam menghadapi berbagai macam kesulitan hidup di dunia, seperti berbagai macam penyakit dan sebagainya, dan tidak sampai ketidak sabarannya menghadapi hal tersebut akan menjerumuskannya ke dalam perbuatan durhaka terhadap Allah SWT. pendapat ini cukup baik karena pengertiannya bersifat menyeluruh. Demikianlah menurut al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya. Menurut makna lahiriahnya, hanya Allah yang lebih mengetahui, bahwa firman-Nya, (QS.Luqman [31]: 17)
    Artinya : “… Sesungguhnya yang demikian itu….” (Al-Qur’an dan Terjemah Depag RI : 2005 : 412).
    Isyarat yang terkandung di dalamnya menuunjukan kepada sikap mengerjakan shalat, menunaikan amaar ma’ruf dan nahyi mungkar, serta bersabar menghadapi ganguan dan musibah, semuanya termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah SWT. (Jamaal ‘Abdul Rahman : 2005 : 342-343).
  7. Nasihat Agar Tidak Bersikap Sombong terhadap Orang Lain
    Pesan Lukman al-Hakim yang ketujuh adalah agar anaknya jangan memalingkan muka dari manusia karena sombong, merasa diri paling tinggi derajatnya dari orang lain. Firman Allah SWT, (QS.Luqman [31]: 18)
    Artinya : “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong)….” (Al-Qur’an dan Terjemah Depag RI : 2005 : 412).
    Ash-Sha’r artinya berpaling. Makna asalnya adalah suatu penyakit yang menyerang tengkuk unta atau bagian kepalanya sehingga persendian lehernya terlepas dari kepalanya, kemudian diserupakanlah dengan seorang lelaki yang bersikap sombong. (Sayyid Qutb : 1992 : 2790).
    Ibnu Abbas ra menafsirkan firman Allah SWT, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong)….” yakni janganlah engkau bersikap sombong dengan meremehkan hamba-hamba Allah dan memalingkan mukamu dari mereka bila mereka berbicara denganmu. (Ath-Thabari jilid XXI : 1988 : 74).
    Makna yang dimaksud ialah hadapkanlah wajahmu ke arah mereka dengan penampilan yang simpatik dan menawan. Apabila orang yang paling muda di antara mereka berbicara denganmu, dengarkanlah ucapannya sampai dia menghentikan penbicaraannya. Demikianlah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. (Jamaal ‘Abdul Rahman : 2005 : 344).
  8. Nasihat Agar Tidak Angkuh dalam Menjalani Hidup
    Pesan Lukman al-Hakim yang kedelapan adalah agar anaknya tidak angkuh dalam menjalani hidup. Firman Allah SWT, (QS.Luqman [31]: 18)
    Artinya : “…dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Al-Qur’an dan Terjemah Depag RI : 2005 : 412).
    Berjalan di muka bumi dengan angkuh, ialah cara berjalan dengan langkah yang angkuh dan sombong dan enggan untuk bercampur gaul dengan orang lain (disebabkan kesombongannya itu). Cara berjalan yang maupun Khalik (Allah SWT) atapun makhluk (manusia) sama-sama tidak menyukainya. Cara berjalan yang sombong adalah indikasi akan lupa dirinya seorang hamba kepada Dzat Allah SWT (yang hanya Dia yang berhak untuk sombong). (Sayyid Qutb : 1992 : 2790).
    Manusia menjalani hidup diantaranya dengan berjalan menelusuri relung-relung kehidupan setiap harinya. Lukman al-Hakim mengajarkan kepada anaknya untuk tetap tawadlu’ (rendah hati) dan tidak takabbur (sombong) diantanya dengan menekankan agar dalam cara berjalan tidak berjalan dengan angkuh dan sombong.
  9. Nasihat Agar Menyederhanakan Cara Berjalan
    Pesan Lukman al-Hakim yang kesembilan adalah agar anaknya menyederhanakan cara berjalan. Nasihat kesembilan ini berserta nasihat ketujuh, kedelapan dan kesepuluh adalah sama-sama menekankan untuk tidak berlaku sombong dan menanamkan sifat tawadlu’ kepada anak.
    Setelah Lukman al-Hakim memperingatkan anaknya agar waspada terhadap akhlaq yang tercela dengan nasihat ketujuh dan kedelapannya, dia lalu menggambarkan kepadanya akhlaq mulia yang harus dikenakannya. Firman Allah SWT, (QS.Luqman [31]: 19)
    Artinya : “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan….” (Al-Qur’an dan Terjemah Depag RI : 2005 : 412).
    Waqsid fii masyika, Yakni berjalanlah dengan cara jalan yang pertengahan, tidak dengan langkah yang lambat dan tidak pula dengan langkah yang terlalu cepat, namun dengan langkah yang pertengahan antara lambat dan cepat. (Ibnu Katsir jilid III : 1990 : 430).
    Nasihat Lukman al-Hakim yang kesembilan ini adalah sesuai dengan salah satu sifat ‘Ibaadu’r-Rahmaan (hamba-hamba yang baik dari Tuhan yang Maha Penyayang). Firman Allah SWT, (QS.al-Furqan [25]: 63)
    Artinya : “Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (Al-Qur’an dan Terjemah Depag RI : 2005 : 365).
  10. Nasihat Agar Melunakkan Suara
    Nasihat Lukman yang terakhir kepada anaknya yang terdapat dalam Qur’an surat Luqman adalah agar anaknya melunakkan suara dalam berbicara dengan orang lain. Firman Allah SWT, (QS.Luqman [31]: 19)
    Artinya : “…Dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (Al-Qur’an dan Terjemah Depag RI : 2005 : 412).
    Menurut Ibnu abbas ra, waghdud min shautik, yakni rendahkanlah suarmu dan janganlah bersuara dengan keras (tanpa alasan yang baik). (Al-Fairuzabadi : tt : 345).
    Menurut al-Maraghi, waghdud min shautik, yakni kurangilah dari nada suara dan ringkaslah dalam berbicara, dan janganlah meninggikan suaramu ketika tidak ada keperluan apapun untuk meninggikannya, karena hal itu adalah tindakan yang dipaksakan oleh yang berbicara dan dapat mengganggu diri dan pemahaman orang lain. (Al-Maraghi : 1974 : 86).

Mendayagunakan Potensi

#tadabburayat

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ


وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِّنۢ بُطُونِ أُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصٰرَ وَالْأَفْئِدَةَ  ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.”
(QS. An-Nahl 16: Ayat 78)

PENGLIHATAN =>PENDENGARAN=>HATI (QOLBU)

Kata “pendengaran” dengan segala bentuk turunan katanya disebut sebanyak 185 kali. Sedangkan “penglihatan” hanya sebanyak 148 kali. Dan jumlah kedua kata tersebut disebut secara bersamaan dalam satu ayat ada 38 tempat. Hikmah dan isyarat apa yang bisa kita dapati?

Dalam Al Quran, banyak sekali mengulas soal panca indra untuk memberikan pelajaran dan petunjuk bagaimana kita dapat menggunakan seluruh nikmat tersebut untuk menjalani hidup sesuai dengan perintah-Nya.

Dalam dunia medis, kita dapati bahwa “pendengaran” lebih awal berfungsi bahkan sejak janin masih berada dalam rahim ibunya. Demikian pula saat manusia menjelang ajalnya, fungsi pendengaran akan lebih lama “stay then” penglihatan,,

Dalam surat Yunus ayat 42-43 menunjukkan ilustrasi bagaimana “melihat tidak sama dengan memperhatikan” dan “mendengar tidak sama dengan menyimak”. Jika seseorang tidak melihat maka disebut: “Laa Yubshiruun”. Sedangkan jika tidak mendengar, maka akibatnya: “Laa Ya’qiluun”, tidak berakal! Hal ini menunjukkan bagaimana “pendengaran” memiliki porsi dan fungsi yang lebih dari “penglihatan.”

Dalam Surat Al Isra’ ayat 30 kata “penglihatan” sebagai sifat Allah, disanding dengan kata “ahli (mengetahui yang dalam)” –> “khobiron bashiiro”. Sementara dalam surat Al Baqoroh 127, kata “pendengaran” sebagai sifat Allah, disanding dengan kata “pengetahuan” –> “Samii’ul ‘Aliim”.

Penglihatan digunakan untuk meningkatkan Keahlian sedangkan Pendengaran digunakan untuk meningkatkan Pengetahuan

NASEHAT disampaikan tak hanya menggunakan VISUAL tapi degan KATA-KATA lewat PENDENGARAN ( ” LEBIH MENGHUJAM”)

KISAH PEMUDA ASHABUL KAHFI Allah Tutup Telinga mereka,,(TIDUR Beratus tahun) Agar tidur lebih Dalam (menunjukkan bahwa saat TIDUR pun kadang pendengaran masih bisa menangkap SUARA)

Dalam As sajdah : 26-27 ketika menceritakan tentang kisah masa lalu, maka yang disanding adalah “apakah kamu tidak mendengar?” Sedangkan pada peristiwa masa kini Al Quran menyandingkannya dengan “apakah kamu tidak melihat?”

Sehingga seorang ahli ilmu kemudian menyimpulkan bahwa:
“PENDENGARAN itu adalah sebab penyempurnaan AKAL terhadap PENGETAHUAN. Sedangkan PENGLIHATAN hanya menghentikan kepada apa yang terlihat saja.” Dari uraian ini, posisi “mendengar” dan “melihat” dalam mengembangkan akal dan meraih ilmu pengetahuan terlihat jelas. Pendengaran memiliki fungsi awal yang lebih fundamental, sedangkan penglihatan mampu menjelaskan lebih dalam,,,

Al Qasash : 71-72

malam – gelap → pendengaran

siang – terang → penglihatan (ada cahaya)

Al Kahfi : 57 AL WAQR) → Sumbatan telinga

Az zumar : 17- 18 mendengar lalu mengikuti yang TERBAIK → orang yang BERAKAL.

Al A’raf : 179 ->Ancaman kepada siapa yang Penglihatan → Pendengaran & Hati (qolbu) tidak digunakan untuk Mendekat kpd Allah SWT.

“Maka apakah mereka tidak berjalan dimuka bumi, lalu mereka mempunyai qolbu yang dengan itu mereka dapat mengerti (naql) atau mempunyai telinga (aadzanun) yang dengan itu mereka dapat mendengar (sam’a)? Karena sesungguhnya bukanlah penglihatan (abshar) itu yang buta, tetapi yang buta, ialah qolbu yang ada didalam dada (shudur)” QS. Al-Hajj(22):46

Baca juga Artikel dibawah ini yaa,,👇🏾

https://disfathshop.wordpress.com/2017/11/25/qolbu-sistem-pengendali/

وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَىٰ عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” (Q.S al Baqarah :23).

Dalam kajian tadabbur al-Quran ini, penulis ingin memfokuskan kepada fungsi dari kedua panca indra manusia yaitu mata dan telinga dan bukan dilihat dari bentuk dan rupanya. Pendengaran dan penglihatan itulah yang akan dijadikan objek kajian kita, bagaimana al-Quran berbicara tentang keduanya. Mari kita kaji bersama-sama, semoga Allah berikan taufiq dan hidayah-Nya sehingga bisa menambah ketaatan dan keimanan kita semua. Aamiin
Pendengaran disebut dalam al-Quran dengan menggunakan kata al-sam’u (السمع) yang selalu disebut dalam bentuk tunggal dalam surat al-Baqarah: 7, 20, al-An’aam: 46, Yunus: 31, Hud: 20, al-Hijr: 18, an-Nahl: 78, 108, al-Isra: 36-39, al-Mu’minun: 78, asy-Syu’ara: 212, 223, as-Sajdah: 9, Qaaf: 37, al-Mulk: 23, al-Jinn: 9, al-Kahfi: 101, Fushshilat: 20, 22, al-Jatsiyah: 23, al-Ahqaf: 26. sedangkan penglihatan disebut dengan kata al-abshaar (الأبصار) selalu disebut dalam bentuk jamak kecuali satu ayat saja yaitu Q.S. al-israa : 36.


Kata al-sam’u (السمع) selalu disebut terlebih dahulu daripada kata al-abshaar atau al-bashar
Seperti pada ayat berikut :
قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ ۚ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ ۚ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ
“Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab: “Allah”. Maka katakanlah “Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?”.Q.S Yunus :31.

وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (Q.S an-nahl : 78).

ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُوحِهِ ۖ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۚ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ
“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” (Q.S as-Sajdah :9)

قُلْ هُوَ الَّذِي أَنْشَأَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۖ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ
“Dialah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati”. (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur.” (Q.S al-mulk : 23).
 Ayat yang berbeda
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَر وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya.”(Q.S. Al-israa:39)

Indahnya Bahasa Al Quran

  1. Indra yang pertama kali berfungsi ketika manusia dalam kandungan adalah pendengarannya kurang lebih 7 minggu dari usia janin sedangkan indra penglihatan akan berfungsi ketika anak berumur kurang lebih 18 hari. Indra pendengaran juga merupakan indra terakhir yang berfungsi ketika manusia sakarat, itulah sebabnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk mentalqinkan orang yang sakarat dengan kalimat Tauhid, sebab pada saat itu indra pendengarannya masih berfungsi.
  2. Indra manusia yang tidak pernah beristirahat adalah indra pendengaran, berbeda dengan penglihatan. Seorang tidak dikatakan tidur ketika matanya masih terbuka.
    Inilah hikmah mengapa ada manusia yang bisa tidur hingga 300 tahun (pemuda Ashabul Kahfi), karena pendengaran mereka ditutup oleh Allah:
    فَضَرَبۡنَا عَلَىٰٓ ءَاذَانِهِمۡ فِي ٱلۡكَهۡفِ سِنِينَ عَدَدٗا
    “Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu” (QS. Al-Kahfi: 11)
    Strategi setan dalam menggagalkan manusia agar tidak bangun dari tidurnya untuk menunaikan shalat tahajjud dan shalat subuh adalah “mengencingi” telinganya. Setan tidak memilih matanya untuk ditutup terus. Sebab setan tahu bahwa menutup pendengaran manusia dengan mengencinginya itulah strategi yang jitu.
  3. Indra pendengaran dalam menjalankan fungsinya tidak membutuhkan “alat bantu” cahaya. Berbeda dengan penglihatan yang tidak akan berfungsi tanpa alat bantu cahaya.
  4. Indra pendengaran merupakan alat yang paling efektif dalam menyerap ilmu dibanding penglihatan. Itulah sebabnya hampir tidak ditemukan orang berilmu tuli, tetapi yang banyak ditemukan adalah orang berilmu pendengarannya sangat baik sekalipun penglihatannya tidak berfungsi . Inilah hikmah sekaligus menjadi jawaban mengapa tidak ada Nabi dan Rasul yang tuli.
  5. Mata dapat melihat objek penglihatan bisa dari pelbagai sudut, dari atas, bawah, samping kanan, samping kiri, dan depan. Itulah barangkali diantara hikmah Allah selalu sebut dalam bentuk jamak (al-abshaar) berbeda dengan objek pendengaran yang walaupun dalam satu waktu banyak suara yang datang tetapi pendengaran hanya mampu fokus pada satu objek saja. Itulah mengapa pendengaran al-sam’u (السمع) dalam al-Quran selalu disebut dalam bentuk tunggal.
    Wallahu ‘Alaa Wa ‘Alam.

As-Sakinah



(Al-Anbiya’ :35).
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

“Tiap-tiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan“

Sakinah atau “ketenangan” adalah hal yang sangat dibutuhkan di masa-masa yang penuh dengan ketidakpastian ini. Dalam dunia bisnis kita kenal dengan kata VUCA. Kalau dalam terminologi Al Qur’an kita bisa sebut sebagai fitnah atau sederhananya kita sebut: ujian.

Dalam kehidupan sehari-hari: situasi genting, penuh bahaya mengancam jiwa dan keselamatan adalah episode hidup yang sangat membutuhkan ketenangan atau SAKINAH dalam menghadapinya.

Mengapa? karena pada sakinah itu ada unsur kesabaran, ketabahan, kekuatan dan ketahanan (determinasi) yang sangat diperlukan saat menghadapi situasi sulit. Tetapi sakinah tidak bisa kita cipta dan hadirkan begitu saja. Karena ia adalah ANUGERAH.

Sakinah itu diturunkan oleh
ﺍَﻟﻠﻪُ ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻪُ ﻭَ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
ke dalam hati orang-orang beriman. Demikian hikmah dan pelajaran yang saya dapati,,,

Dalam berumah tangga, sakinah dibutuhkan agar kemudian muncul dan hadir rahmah di dalam keluarga. Di dalam Al Quran, Ibnu Qoyyim Al Jauziyah dalam kitab MADARIJUS SALIKIN kata “SAKINAH” dengan definisi KETENANGAN dijelaskan di 6 tempat. Dari 6 ayat ini, hanya satu yang berkisah tentang ummat sebelum Rasulullah Saw, yaitu kisah Bani Israil saat melawan raja dzalim, Jalut (Goliath). Sedangkan 5 lainnya turun berkaitan dengan peristiwa yang dialami oleh Nabi Muhammad Saw. 3 ayat di Surat Al Fath seputar peristiwa yang terjadi terkait dengan perjanjian Hudaibiyah (6H) dan 2 ayat lainnya berkisah tentang peristiwa hijrah Nabi bersama Abu Bakar As-siddiq r.a dan perang Hunain pada tahun 8H.

  1. Al Baqarah (2) : 248
  2. At Taubah (9): 26
  3. At Taubah (9): 40
  4. Al Fath (48):4
  5. Al Fath (48):18
  6. Al Fath (48): 26



Keenam ayat tersebut begitu runut mengurai tentang
KETENANGAN yang ﺍَﻟﻠﻪُ ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻪُ ﻭَ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
hadirkan ke dalam hati orang-orang beriman sehingga kemudian mereka dapat melalui segenap ujian dan cobaan tersebut dan meraih kemenangan yang dekat lagi gemilang, bahkan di saat seakan-akan tak ada lagi jalan keluar.

Ketenangan itu Allah hadirkan dan turunkan ke dalam jiwa semata atas kepasrahan dan totalitas ikhtiar yang dilandasi kekuatan ﻵﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪ

Sepanjang belum ada “CINTA & SETIA”, kita tidak akan pernah mencapai puncak dari sebuah “KARYA”

Jaminan kelMANan yang benar akan di Anugrahi AS-SAKINAH (ketenangan) kemudian akan menuntun kita untuk mampu berikhtiar dalam koridor ilmu-Nya. Dalam ruang-ruang ikhtiar tersebut ada tawakal yang dilingkupi dengan sabar di dalamnya. Maka apapun hasil dan takdir yang Allah tetapkan pada kita, sudah semestinya kita menerimanya dengan sepenuh hati, karena hanya dengan cara inilah kita dapat memperoleh ridho dari-Nya,,,,

Seorang ahli ilmu pernah menyampaikan untaian makna yang begitu dalam:

“Tanda cinta kepada Allah adalah Dzikrullah (ingat kepada Allah), tanda seseorang berilmu adalah takut pada Allah, tanda ikhlas dan syukurnya seorang hamba adalah ridho dengan semua keputusan Allah SWT.”

wallahu’alam,,,

Bismillah,,,

Syawal Uhud

#sirohnabawiyah

Menurut Qotadah rohimahulloh, Peristiwa bersejarah Perang Uhud terjadi pada Hari Sabtu Tanggal 11 Syawal.
UHUD.
Ya, perang besar itu menorehkan pelajaran abadi bagi setiap perjalanan perjuangan muslimin.
Abadi. Karena ia tak hanya dituliskan oleh pena buku sejarah. Tapi terabadikan dlm tinta Kalam Ilahi.
Puluhan ayat menjadi petunjuk, teguran, panduan dan inspirasi sekaligus jawaban atas semua pertanyaan umat ini ttg perjuangan mereka menegakkan panji La Ilaha Illallah.
ﺗﻘﺒﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﻨﺎ ﻭﻣﻨﻜﻢ
Utk semua peluh, penat, cucuran keringat dan tetesan darah perjuangan mereka yg ikhlas.
ﻛﻞ ﻋﺎﻡ ﻭﺃﻧﺘﻢ ﺑﺨﻴﺮ
Utk umat Nabi Muhammad yg tak pernah mati apapun hadangan musuhnya, siapa pun pemimpin yg mendzaliminya.
ﻣﻦ ﺍﻟﻌﺎﺋﺪﻳﻦ ﻭﺍﻟﻔﺎﺋﺰﻳﻦ
Utk mereka yg telah pergi menjauh dari tanggung jawab keumatan, hingga saat umat mencari mereka tak hadir, saat umat perlu komando mereka tak ada.
ﻋﻴﺪ ﻛﺮﻳﻢ ﻭﻣﺒﺎﺭﻙ
Utk harapan umat yg tak pernah pupus dan umat yg cahayanya akan terus disempurnakan Allah walau kafirin tdk suka, walau mujrimin benci dan cukuplah Allah yg menjadi saksi!!!

Perang Uhud dalam ayat mulai dituturkan dalam Surat Ali Imron di ayat 120. Tentu dgn penuturan I’jaz Qurany
Tapi menarik mengamati ayat yg mengawalinya. Seakan memukaddimahi ayat-ayat perjuangan di umat ini.
Utk detail kenyataan lapangannya, buka kembali lembar-lembar jihad di Uhud…
Berikut bbrp mukaddimah perjuangan itu:

  1. Pendanaan perjuangan
    Bermula dari ayat 92. Peradaban taqwa dan surgawi baru bisa diraih jika jiwa yg cinta dan ambisi dunia ditekuk dan dipaksa utk menyerahkannya di jalan Allah.
    Ayat tersebut berhadapan dgn ayat 116-117. Di mana musuh perjuangan ini sangat siap ‘menginfakkan’ harta mereka utk menghabisi setiap langkah muslimin. Dan membeli siapapun yg mulutnya berteriak takbir tapi hatinya menganga utk dunia.
    Maka bagaimana jika gerbong perjuangan ini msh banyak penumpang ambisius duniawi?
  2. Ada apa dgn Ahlul Kitab
    Ayat ttg ahlul kitab mendominasi ayat ayat perjuangan Uhud (93-94, 98-100, 110-119). Padahal Perang Uhud lawannya adalah kafir Quraisy.
    Ada apa?
    Setidaknya ada tiga suasana yg digambarkan
  • Jangan bersikap spt mereka dan mendekat ke mereka
  • Miliki sikap spt mereka yg beriman
  • Mereka di balik permusuhan ini
    Maka bagaimana jika perjuangan tak tahu fikih sikap thd ahlul kitab?
  1. Menegaskan kiblat perjuangan
    Ayat 95-97 tak hanya menjelaskan kiblat muslimin. Tapi kiblat bumi ini. Di sana ada keberkahan, petunjuk, ayat, keamanan, ibadah besar dan persatuan.
    Maka, Ka’bah yg msh menjadi kiblat bersama tapi kita tdk bisa bersama, bagaimanakah jika di antara kita telah memindahkan kiblat perjuangannya?
  2. Persatuan, persatuan, persatuan
    102-105 menjelaskan tanpa persatuan, kita terjatuh ke jurang api. Persatuan dibangun di atas pilar iman, taqwa, tali Allah, mengingat ni’matnya, umat yg saling terus menjaga dan menasehati serta hati-hati dgn semakin berilmu malah semakin pecah!
    Maka bagaimana kita mampu meninggikan menara peradaban, sementara antar batu bata tak saling berpegangan?
  3. Hanya bagi umat terbaik
    110 memastikan bahwa hanya umat terbaik yg layak menang. Kebaikan itu hadir ketika pusaran umat ini adalah akhirat (106-107), ketika kebesaran Allah merayapi setiap sendi umat (107-109), ketika amar ma’ruf dan nahi mungkar adalah nafasnya (110).
    Maka bagaimana umat ini ber izzah hingga tak ada yg bisa membahayakan kecuali hanya caci maki ringan musuhnya, kalaupun musuhnya nekad memerangi pasti mereka porak poranda (111), manakala 106-110 blm dimilikinya?
  4. Siapa pemegang rahasiamu
    Bithonah (118-119), begitu istilah qurany yg mu’jizat, jangan selain dari muslimin. Bithonah adalah orang-orang khusus yg memegang rahasia dan kendali urusan.
    Mereka tak segan memoles kebencian dgn kecintaan dan ketulusan. Hati mereka membusuk tapi lisan mereka menabur aroma bunga. Sayangnya kita percaya cinta palsu itu.
    Maka bagaimana memenangkan pertarungan sementara rahasia dan urusan umat ini di tangan musuhnya?

An Naml

Semut Dianggap Lemah,,,
Padahal ia bergerak dan bekerja 24 jam sehari dengan kecepatan 0,5 KM/jam. Jika diukur dengan volume 1/130, maka kecepatan semut seukuran manusia adalah 80 KM/jam.
Semut Dianggap Sepele,,,
Padahal kekuatan semut terletak pada persaudaraan dan kerjasama Tim yang luput dari perhatian yang melihatnya. Semut pencari makanan dan semut tempur berbagi peran dengan tanggungjawab yang sama.

Semut Selalu Berbagi Makanan
Semut tidak hanya membawa butiran makanan di dalam tubuhnya, tetapi juga saling memberi makan dari mulut ke mulut. Ketika semut pemburu pulang membawa makanan cair, ia menggelengkan kepalanya ke kanan-kiri untuk menarik perhatian kawan-kawannya atau langsung menghampiri mereka dan menunjukkan butiran makanan di mulutnya. 84 Makanan cair dipompa dari tembolok sehingga pembagian makanan berlangsung cepat. Pertukaran makanan ini merupakan contoh berbagi yang luar biasa. Sekam dan biji-bijian yang dibawa ke sarang juga dimakan semua semut bersama-sama. Oleh karena itu, kebutuhan makanan seluruh koloni dapat dipenuhi tanpa masalah.

Semut Dianggap Kecil,,,
Padahal ia tangguh dan kuat. Kekuatannya adalah kekuatan kolektif dan berbagi beban.
Semua spesies semut, yang jumlahnya mencapai kira-kira 8800 spesies, mencari makanan dan membawanya pulang dengan cara yang berbeda-beda. Dalam spesies-spesies tertentu, semut berburu sendirian dan membawa pulang makanannya masing-masing. Spesies lain berburu berkelompok dan membawa serta menjaga makanannya bersama-sama.
Kalau mendapatkan makanan yang ukurannya cocok bagi tubuhnya, biasanya semut membawanya sendirian. Kalau ukuran makanan terlalu besar atau kalau semut menemukan beberapa gundukan kecil makanan di suatu daerah, mereka mengeluarkan hormon beracun untuk mencegah semut lain agar tidak menghampiri daerahnya. Kemudian, mereka memanggil para pekerja lain, besar maupun kecil, untuk bersama-sama mengangkut makanan.
Semut Bersama-Sama Mengangkat Makanan
Dalam kehidupannya, semut juga mengenal pembagian tugas yang sangat sempurna. Semut besar memotong-motong makanan dan menjaganya dari hewan-hewan asing, sementara semut kecil membawa pulang makanan. Semut pekerja mengangkat makanan dengan rahangnya dan membawa makanan di depan selagi kembali ke sarang. Kalau bekerja berkelompok, semut dapat membawa potongan makanan yang lebih besar. Mereka mengangkat makanan menggunakan satu atau dua kaki. Pada saat yang sama mereka juga menggigit makanannya dengan rahang terbuka. Semut pekerja menggunakan cara yang berbeda-beda berdasarkan posisi dan arahnya. Semut yang di depan bergerak mundur sambil menyeret makanan.
Semut yang di belakang berjalan maju sambil mendorong makanan. Semut yang di samping membantu mengangkat. Dengan cara ini, semut dapat mengangkat makanan beberapa kali lebih berat dari yang bisa dibawa seekor semut. Berdasarkan pengamatan, ditemukan bahwa jika semut bekerja sama, mereka dapat mengangkat beban seberat 5000 kali berat yang dapat diangkat seekor semut pekerja. Seratus ekor semut dapat membawa seekor cacing besar di atas tanah dan bergerak dengan kecepatan 0,4 cm per detik.

Semut Dianggap Remeh,,,
Padahal ia cerdas dan sama sekali tidak bisa dianggap remeh. Semut yang bertugas mencari makan biasanya menjalankan tugas dengan cara yang sulit dijelaskan. Ia berangkat ke sumber makanan dengan berjalan berkelok-kelok, tetapi kembali ke sarang dengan rute lurus yang lebih singkat.
Mencari Makan Dengan Berjalan Berkelok-Kelok
Penunjuk jalan semut adalah matahari, sedangkan kompasnya adalah cabang pohon dan tanda alam lainnya. Semut mengingat bentuk tanda-tanda ini, sehingga dapat menggunakannya untuk menemukan rute pulang terpendek, meskipun rute ini benar-benar baru baginya. Pada malam hari, mereka dapat menemukan dan mengikuti jalan yang mereka tempuh saat menemukan makanan pada pagi harinya, meskipun kondisinya berubah, karena petunjuk ‘bau’ yang ditinggalkannya. Sungguh semua kondisi alam adalah petunjuk bagi semut demi meraih cita-cita dan demi tunainya tugas.
Dalam mencari mangsa ia berkelok kelok sehingga tak mudah dibaca,,, tetapi dalam mencapai sarang “tujuannya” , ia mencari jalan terpendek. Kerja yang effektif dan effisien.

Semut Dianggap Rapuh,,,
Padahal ia adalah pemburu yang effectif. Beberapa spesies semut menggunakan gigi untuk memakan telur laba-laba, ulat, serangga, dan rayap. Banyak spesies semut (misalnya Semut Dacetine) yang khusus memakan serangga tanpa sayap. Serangga yang dimangsa Dacetine ini hidup berkelompok di tanah dan di daun busuk. Ia juga memiliki tonjolan berbentuk garpu di bawah tubuhnya. Ketika ia bergoyang dan berdiri tegak, organ ini melontarkan tubuhnya ke udara dan bergerak maju bagaikan kangguru mini. Semut Dacetine menggunakan rahangnya bagaikan perangkap hewan untuk menghadapi manuver mangsanya. Ketika semut pencari makan mencium bau serangga dengan antenanya, ia mengintai dengan rahang terbuka 180 derajat.
Semut ini mengaitkan gigi kecilnya pada rahangnya dengan cara menekankannya ke langit-langit mulut. Lalu, semut memeriksa sekitarnya dengan menggerakkan antenanya ke depan. Kemudian semut mendekati serangga perlahan-lahan. Ketika antenanya menyentuh mangsanya, si serangga kecil terjangkau oleh gigi bawah semut. Ketika semut menurunkan langit-langit mulutnya, rahangnya mendadak menutup dan mangsanya terjepit di antara giginya.
Kecepatan kedipan mata kita sangat lambat jika dibandingkan dengan kecepatan gigitan semut ini ketika menjebak mangsanya. Kelopak mata kita membuka dan menutup dalam sepertiga detik; rahang semut Odontomachus bawi bekerja 100 kali lebih cepat. Gigitan tercepat yang teramati memakan waktu 0,33 milidetik.
Struktur rahang semut penjebak panjangnya sekitar 1,8 milimeter. Pada bagian dalamnya terdapat kantong udara yang menempel ke trakea. Sistem ini menyebabkan gigi dapat bergerak cepat. Rahangnya berfungsi sebagai perangkap tikus mini. Ketika berburu, rahang terbuka lebar dan siap menutup setiap saat. Kecepatan menggigitnya berkurang menjelang akhir proses menggigit.
Duhai pasukan semut,,, biarkan anggapan itu terus menggelontor ke arahmu,, agar kau tak diganggu dalam mencapai tujuanmu,, agar kau terus giat dan lincah dalam bekerja,,,

Fokus Dan Ikhlash
Pasukan semut tidak menghiraukan “celaan para pencela”, mereka membiarkan berbagai anggapan yang “mengerdilkan” eksistensinya. Semut tetap FOKUS pada pekerjaannya dan tujuannya. “FOKUS dan IKHLASH”,, itulah motto pergerakan “Army Ants”.

Tidak Berisik
Begerak ke tujuan tanpa berisik. Berbeda dengan “nyamuk” yang selalu gaduh saat mendekati sasaran. Semut bergerak latin tapi pasti. Tidak butuh kegaduhan, tidak butuh pujian,,,, benar benar fokus dan ikhlash mencapai tujuan.

Setia Kepada Pimpinan
Ratu semut adalah pemimpin yang sangat dihormati dan di taati oleh “Army Ants”, ia mengatur pekerjaan bagi army ants, dan army ants senang melaksanakan tugas dari sang ratu.

Berbagi Peran Dalam Tanggung Jawab Yang Sama
Ada Ratu Semut, ia bertugas bertugas bereproduksi (bertelur) dan sangat dijunjung tinggi oleh rakyatnya. Ratu semut bisa hidup hingga berumur 20 tahun. Distribusi tugas dan produksi pasukan semut ada ditangannya.
Semut Pekerja tidak bertelur, melainkan mengabdikan dirinya mengurus telur-telur ratunya. Jadi Semua semut pekerja adalah betina. Pendek kata, semua komunitas semut sebenarnya terdiri atas ibu dan putrinya. Mereka menghadapi risiko kerja yang tinggi, karena medium lembap yang dibutuhkan telur dan larva ideal bagi pertumbuhan bakteri dan jamur yang berbahaya bagi kesehatan semut. Semua semut pekerja adalah betina. Pendek kata, semua komunitas semut sebenarnya terdiri atas ibu dan putrinya.

Semua keperluan sang ratu dipenuhi para pekerjanya. Hal terpenting yang dilakukan semut pekerja adalah melayani sang ratu dan memastikan bahwa sang ratu dan “bayinya” selamat. Sungguh sebuah proyek kaderisasi yang sempurna.
Ada juga semut pekerja yang khusus mencari makanan, ada yang membangun sarang, ada juga semut pekerja yang bertugas mengawini ratu semut muda agar tetap terjadi reproduksi “kader” Army Ants… walaupun setelah perkawinan itu ia mati sebagai martir demi lestarinya “kaderisasi”, dan lain lain.
Semut, baik Ratu maupun pekerja berbagi peran untuk satu tanggung jawab yang sama yaitu melestarikan koloni semut dan membangun kewibawaan kerajaan semut,,, subhanalloh.
Sauyunan, April, 2020 M, ,,,, SERI “Hikmah”

Madu mengkristal (Granulated Honey)

Hari ini dapat komplain dari pelanggan,,,

Mas kok madunya taruh kulkas beku,,,

Katanya madu asli gak beku taruh kulkas,,,

Silahkan di simak jawabannya dari para pakar dan peneliti madu murni,,,

MADU KRISTAL (GRANULATED HONEY)
OLEH
IR. BUDIAMAN, MP.
Forestry Departement , Faculty of Forestry, Hasanuddin University
Jl.Perintis Kemerdekaan km.10, Makassar

Madu Kristal atau madu beku yang mengkristal seperfti gula pasir sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, terutama jika disimpan di dalam kulkas/ freezer. Konsumen umum kebanyakan salah paham, menganggap bahwa madu Kristal/ madu beku merupakan madu palsu atau madu yang sudah dicampur dengan gula lain, padahal madu secara alami akan mengkristal dalam kondisi tertentu, tergantung jenis bunga asal (nektar), yang dipengaruhi oleh keseimbangan komposisi 2 gula monosakarida yiatu fruktosa dan glukosa.Konsumen tidak mengerti bahwa madu Kristal memiliki keunggulan/ keistimewaan dibandingkan madu cair. Ada madu yang membeku lambat, sedang dan ada yang cepat, tergantung jenis bunga asal, kehadiran katalisator dan kondisi tempat penyimpanan madu. Madu Kristal tidak berubah rasa dan aromanya setelah berubah dari madu cair (stabil), sehingga dari segi kualitas tetap merupakan madu special, alami dan normal. Madu yang mengkristal akan berubah menjadi putih, sedangkan sisanya yang belum mengkristal tetap. Oleh karena itu beberapa produsen madu memberikan perlakuan pemanasan dan penyaringan sebelum dilepas di pasaran (supermarket) untuk mencegah terjadinya pengkristalan. Secara umum komposisi kimia penyusun madu adalah sebagai berikut:

KOMPOSISI GULA DALAM MADU SECARA UMUM
Gula Fruktose (fruit sugar) bervariasi 40-44 %
Gula Glukose (grape sugar) bervariasi 25-40 %
KENAPA MADU MENGKRISTAL/ MEMBEKU?
Gula monosakaridanya lebih dari 70 % (overabundance)
Jika glukosa lebih tinggi dari fruktosa
Kadar air kurang dari 20 %
Fruktose lebih larut dari glucose pada air madu yang tersisa.
Jika gula glucose mengkristal tepisah dari air membentuk Kristal tipis/kecil, maka akan melebar dengan cepat ke seluruh/ memenuhi madu.
Gula glucose cenderung memisahkan diri membentuk Kristal (dehydrating crystals form,)
Ada madu mengkristal sebagian, ada yang menyeluruh, ada yang cepat, dan ada yang lambat.
Madu Kristal akan tampak lebih cerah (putih) dibandingkan dengan madu cair asalnya.
Makin tinggi kadar glucose nya dan semakin rendah kadar airnya, maka pengkristalan akan terjadi lebih cepat (seperti jika disimpan di kulkas)
Pengkristalan juga dipengaruhi oleh keberadaan catalyst (seed kristal, pollen , propolis dan serpihan lilin).
Madu akan mengkristal cepat pada range suhu 10-15, dan stagnan pada suhu dibawah 10, karena viskositasnya akan lebih besar pada suhu dingin.
Pada suhu di atas 25 madu akan tahan tidak mengkristal,
Kristal madu akan pecah pada suhu 40.
Madu akan rusak karakteristik alaminya mulai pada suhu di atas 40 (aroma dan enzimnya mulai rusak, dan warnanya akan lebih gelap).
Suhu dalam sarang lebah berkisar 35 -40 (rata-rata 35 ).
Overheating honey for any period of time will reduce its quality by destroying its enzymes, loss the delicate flavour, aroma and darkening the honey colour.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEPATAN MENGKRISTAL:
Jenis nektar/ ekstranutfial bunga asal (jenis tanaman)
Kondisi/temperatur tempat penyimpanan
Perlakuan prosessing/ pengolahan (pemanasan penyaringan)
Ratio fructose terhadap glukosa, dan ratio glukosa terhadap air.

BAGAIMANA MEMBUAT MADU KRISTAL MENJADI CAIR KEMBALI ?
Rendam botol yang berisi madu dalam air hangat dengan suhu 35-40 derjat (ada literature lain yang mengemukakan 32-35 ) selama 20-30 menit
Letakkan madu Kristal beserta wadahnya dalam ruang cabinet dengan bola lampu 40 Watt selama 12 -48 jam (atau sampai madu cair kembali).
CARA MENGHINDARI PENGKRISTALAN MADU.
Madu disimpan pada suhu 21- 27 .
Hindari penyimpanan pada suhu 11-18 .
Madu disaring pada 80 microfilter (saringan nilon 100 mesh)
Honey packers of supermarket honey in the US heat liquid honey to 63
ºC (145 ºF) for thirty minutes, or 71 ºC (160 ºF) for one minute or so (flash heat) and then quickly cooled at 49- 52 ºC(120-125 ºF) for minimization of heat damage. This high temperature kills the yeast cells that cause fermentation and keeps honey from crystallizing on the market self for a long period of time. The resulting honey contains very little of the nutritional value of minimally processed or raw honey including amino acids, minerals, vitamins, live enzymes, and antioxidants that are considered essential for good health.

Keistimewaan Madu Kristal:
Kandungan kalorinya lebih tinggi dari madu biasa/ madu cair, sehingga sangat baik untuk olahragawan dan pekerja berat.
Sangat baik untuk stimulan otot jantung.

Tidaklah Allah ciptakan alam ini dengan sia-sia.

Lembut namun Tidak bisa Ditusuk

Selalu ada tujuan mulia dan senantiasa ada pelajaran berharga dari setiap sosok makhluq. Kali ini cobalah sEdikit rileks sambil mengambil pelajaran dari GURU BISU kita yaitu “Air”.
Ada sebait karya tutur dari master islamic shaolin yang sangat indah menggambarkan pengajaran berharga dari GURU BISU kita yitu “AIR”:
Air bersifat mengalah,
namun selalu tidak pernah kalah
Air mematikan api dan membersihkan kotoran.
Kalau merasa sekiranya akan dikalahkan,
air meloloskan diri Dalam bentuk uap dan kembali mengembun.

Air merapuhkan besi sehingga hancur menjadi abu
Bilamana bertemu batu arang,
dia akan berbelok untuk kemudian meneruskan perjalanannya kembali.
Air membuat jernih udara sehingga angin menjadi mati
Air memberikan jalan pada hambatan dengan segala kerendahan hati.
Karena dia sadar bahwa tak ada suatu kekuatan apapun Yang dapat mencegah perjalanannya menuju lautan.
Air menang dengan mengalah,
dia tak pernah menyerang Namun selalu menang pada akhir perjuangannya.
(Master Saeho-Master Lan She Lung the Islamic Shaolin Kung Fu)

Air bisa tersebar dimana-mana diseluruh daratan bumi ini, di dalam tubuh manusia, di dalam pohon dan di segala jenis makhluk. Tetapi ia memiliki TUJUAN YANG JELAS yaitu “LAUT”. Pasti semua begerak dan mengalir kelaut, Tujuannya jelas, cita-citanya kuat. Inilah pelajaran pertama dari sang guru kita dalam kebisuan kata kata.
Gerakannya tegas mengarah ke tujuan, langkahnya pasti menuju lautan. Ia turun dari gunung melalui jalur darat yang terjal, ia membuka hambatan-hambatan dengan penuh kelembutan, kesabaran dan keuletan. Jika ia bertemu batu cadas yang keras, ia berkelok ke pinggirnya, jika dipinggirnya juga batu keras, ow… ia tertawan. Namun Air tak pernah menyerah, ia bergerak secara laten (rahasia), menembus pori-pori batu mencari celah jalan walau hanya sebesar lubang jarum atau lebih kecil, merembes terus menelusuri lorong-lorong mikro kecil sibatu keras yang menawannya. Sehingga muncul mata air, air keluar dari bebatuan, atau dari tanah-tanah subur. Sungguh perjalanan yang tak mudah dibaca dari rupa air yang lembut tetapi berhati kuat tegas menuju cita-cita.

Jika Sang batu tak bisa ditembus, karena sang batu berhasil merapatkan dan memadatkan dirinya, tak sedikitpun memberi peluang bagi air untuk merembes, menerobos pertahanannya. Maka, Sang air akan dengan sabar menunggu kawanan air lain datang berkumpul, bersekutu menghadapi kepungan batu keras tadi. Jika sudah terkumpul, maka ia lampaui batu keras keatasnya dengan tenang tanpa menghancurkan batu keras tersebut.
Namun jika tidak bisa dilampaui, kadang sang air berubah menjadi uap, bersekutu dengan sang surya. Naik ke atas namun tidak untuk menuju matahari, ia hanya sekedar menebar diudara menjadi titik titik uap yang berserakan untuk kemudian menjatuhkan diri dengan lembut menjadi embun karena tujuannya adalah LAUT.

Tapi jika Sang surya tidak bisa dijadikan sekutunya maka ia bergeriliya untuk melubangi batu keras itu secara perlahan-lahan namun pasti. Tercipta rembesan rembesan ciptaan air, bukan lubang kecil bawaan sang batu. Tapi jika tidk bisa juga?, ia basahi… basahi… basahi batu itu agar menjadi rapuh.
Kadang sang batu terlalu kuat. Lantas bagaimana sang air?, apakah ia prustasi? patah semangat? kehilangan orientasi menuju tujuannya?.
Tidak tak ada kata menyerah kalah bagi sang air, ia teramat kukuh kuat memegang komitmen dan menuju cita-citanya. Sepertinya lembut, sepertinya lemah, seperti mengalah,,, ia KUAT,,, lebih kuat daripada batu atau baja yang mengepung dan menawannya. Ia akan menampakan dengan kekuatan sesungguhnya, ia hancurkan batu besar yang menawannya, ia jebol pertahananya,,, LUAR BIASA.

Kadang ia dipaksa membeku menjadi es. Namun pada waktunya ia bergerak mencair kembali,,, rupanya kekerasan dan kelembutan tak sanggup menahan gerak laju sang air yang berkeras menuju cita cita perjalannannya.
Ia lembut namun tak bisa ditusuk, tak bisa dipatahkan, tak bisa hancurkan dengan kekuatan apapun.
Dia tetap eksis walau dengan berubah wujud, kadang cair, bisa jadi padat (es), bahkan bisa juga bersenyawa dengan udara menjadi uap. Dia dinamis dan pleksibel dalam wujud tetapi identitasnya tetap, eksistensinya tetap “AIR” .

Formasinya juga pleksibel, jika ditampung dalam botol akan membentuk botol, jika ditampung dalam gelas akan membentuk gelas. Dalam tubuh manusia, air akan keluar dalam format darah, keringat, nanah dan air mata. Sesuatu plesibilitas yang melelahkan tapi sanggup dijalani demi mencapai cita-cita. PLEKSIBEL DALaM FORMAT, DINAMIS DALAM GERAK, TETAPI TETAP EKSISTENSINYA DAN TETAP IDENTITASNYA.

YA ALLAH SUCIKANLAH (DOSAKU) DENGAN AIR, SALJU DAN EMBUN!!!!
ALLAHUMMAGSILNII BILMAAI WA TSALJI WAL BARODI.

‘Mitsaqon Ghalidzha’

~Janji Suci dan Agung~

Melihat judul di atas, mungkin masih banyak yang bertanya-tanya, ada apa dengan si Cinta, Suci, dan Agung? Terlibat skandal segitigakah? bukan,,,bukan,, judul diatas bukan menceritakan tentang kisah cintanya Cinta, Suci dan Agung, tapi ‘Mitsaqon Ghalidzha’, kata yang dikutip dari Al-Qur’an yang artinya kurang lebih ‘Perjanjian yang Teguh’. Ada yang sudah bisa menebak, kemana arah pembicaraan (atau lebih tepatnya pengetikan?) kita? Yup, benar sekali! Pernikahan! Nah lho? Masih terang begini kok ngomongin pernikahan? Eitss,,, ilmu yang satu ini udah musti kudu dibaca-baca sejak jauh-jauh hari, biar ga salah jalan ntarnya, dari mulai awal-mulanya, bagaimana menujunya, caranya, detik-detik menjelang hari-Hnya, hingga pascanya! Karena untuk satu hal ini kita harus berfikir ulang kembali. Bayangkan, kita menghabiskan waktu dari mulai TK hingga universitas sekarang ini untuk merancang dan membekali karier kita di masa yang akan datang, namun untuk pendidikan pernikahan –yang ‘efek’nya hingga ke akhirat- sudah berapa banyak kita belajar? Nah, penasaran kan, apa sih yang diomongin dalam Mitsaqon Ghalidzha ini?

Tau nggak, ternyata dalam Al-Qur’an, istilah Mitsaqon Ghalidzha ini cuma ditulis tiga kali lho! Bagi yang ga percaya silakan baca ulang ampe tamat Al-Qur’an plus terjemahannya mulai dari sekarang! Yak, selesai! Ada berapa sodara-sodara? Tigaaaa,, Yap, betul sekali, cuma ada tiga! Dimana aja?

Pertama, pada Surah An-Nisaa ayat 154 : Dan Telah Kami angkat ke atas (kepala) mereka Bukit Thursina untuk (menerima) perjanjian (yang telah kami ambil dari) mereka. Dan Kami perintahkan pada mereka : ‘Masuklah pintu gerbang itu sambil bersujud’, dan Kami perintahkan (pula) kepada mereka : ‘Janganlah kamu melanggar peraturan mengenai hari Sabtu’, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang kukuh. (QS An-Nisaa [4] : 154)

Ayat kedua terdapat dalam Surah Al-Azhab ayat 7 : Dan (Ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri) dari Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh. (QS Al-Azhab [33] : 7)

Ayat yang ketiga terdapat dalam Surah An-Nisaa ayat 21 : Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-istri. Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat. (QS An-Nisaa [4] : 21)

Ada yang mulai ‘ngeh’ dari apa yang diungkapkan dalam tiga ayat tersebut? Ketiga ayat di atas nggak menerangkan hal yang sama lho. Dua ayat pertama membicarakan perjanjian para Nabi dengan Tuhannya (khusus ayat kedua sama 4 dari 5 Nabi ulul azmi malah! Apa lagi ulul azmi itu? Mereka adalah para Nabi yang punya ujian dalam mensyiarkan islam dengan tingkat kesabaran yang superrrr tinggi! Nah lho, tambah ‘greng’ ga tuh? Dan siapa nabi ulul azmi yang ke-5? Ya jelas nabi Muhammad tentunya!), sedangkan ayat terakhir membicarakan perjanjian suami-istri. Allah SWT pasti ga main-main sampai meletakkan satu kalimat ampuh ini di tiga persoalan yang berbeda. Hal tersebut membuktikan bahwa pernikahan adalah sesuatu yang sangat agung dan mulia, hingga disejajarkan dengan perjanjian suci para Nabi! Jadi dengan kata lain, dalam pernikahan, terdapat amanah dan tanggung jawab besar sebagaimana amanah yang diemban para utusan Allah! Subhanallah, beratnya,,(jadi deg-degan,,)

Mitsaqon Ghalizha tidak serta-merta langsung terpatri setelah pernikahan lho, ada tahap di dalamnya. Dalam Al-Qur’an ada dua ungkapan yang secara khusus ditujukan kepada pasangan yang terikat oleh tali pernikahan. Pertama itu ‘udqah an-Nikah yang berarti ‘ikatan nikah’, habis itu baru deh si Mitsaqon Ghalidzha. Bedanya? Bisa dilihat dari apa yang sudah dilakukan en jika terjadi perceraian. Sesaat setelah ijab-qabul dikumandangkan, masuklah pada tahap ‘udqah an-Nikah yang menunjukkan bahwa sesungguhnya kita telah mulai memasuki suatu kehidupan baru yang mengikat kita dalam komitmen hukum. Ikatan ini telah menyatukan kita secara lahir dan batin en udah dihalalkan untuk berhubungan suami istri nantinya. Namun jika belum meningkatkan hubungan pada hubungan suami istri lalu terjadi perceraian, ada dua ketentuan, pertama jika mahar atau mas kawin belum ditentukan ketika ijab qabul, maka ga ada ketentuan buat si suami buat ngasih mahar ke (calon mantan) istri. Kedua, jika mahar udah ditentukan, si (calon mantan) istri berhak atas seperdua maharnya. Tahap pertama ini diterangkan Al-Qur’an pada surah Al-Baqarah ayat 235-237, yaitu : ”Dan tidak ada dosa bagi kamu untuk meminang wanita-wanita itu (janda) dengan sindiran atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu mengadakan janji kawin secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka) perkataan yang ma’ruf (sindiran yang baik). Dan janganlah kamu ber’azam (bertetap hati) untuk berakad nikah, sebelum habis masa ‘iddahnya. Dan ketahuilah bahwasannya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; maka takutlah kepada-Nya, dn ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. Tidak ada kewajiban membayar (mahar) atas kamu, jika kamu menceraikan istri-istri kamu sebelum kamu menentukan maharnya. Dan hendaklah kamu berikan suatu mut’ah (pemberian) kepada mereka. Orang yang mampu menurut kemampuannya dan orang yang miskin menurut kemampuannya (pula), yaitu pemberian menurut yang patut. Yang demilian ini merupakan ketentuan bagi orang-orang yang berbuat kebajikan. Jika kamu menceraikan istri-istrimu sebelum kamu bercampur dengan mereka, padahal sesungguhnya kamu sudah menentuka maharnya, maka bayarlah seperdua dari mahar yang telah kamu tentuka itu, kecuali jika istri-istrimu itu memaafkan atau dimaafkan oleh orang yang memegang ikatan nikah, dan pemaafan kamu itu lebih dekat kepada takwa. Dan janganlah kamu melupakan keutamaan di antra kamu. Sesungguhnya Allah Maha melihat segala apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Baqarah : 235-237)

Nah, jika sudah terjadi hubungan suami istri masuklah kita ke dalam tahap mitsaqon Ghalidzha yang berarti perjanjian teguh itu. Hukumnya ketika terjadi perceraian adalah mahar mutlak menjadi hak si (calon mantan) istri dan (calon mantan) suami ga bisa mengambilnya kembali.

Eiiits, tapi jangan ciut en jadi mikir 1000x buat nikah setelah baca tulisan ini! Kan tulisan ini dibuat untuk mengingatkan kita-kita (‘kita’ lho ya, karena yang nulis ni artikelpun belom nikah ;-P) tentang betapa Allah sangat meninggikan derajat pernikahan dan tentu saja mereka yang memutuskan menikah karena mengikuti sunnah Rasul-Nya! Pernah denger kan kalo nikah itu menggenapkan separo agama? Nah untuk tujuan yang mulia ini, jalan yang ditempuh untuk menuju sampai kesanapun harus mulia n suci juga! Salah satu caranya, untuk yang laki-laki mungkin harus berfikir ulang bagaimana cara terbaik untuk melindungi dan menjaga izzah (kehormatan) teman-temannya yang perempuan, dan untuk yang perempuan mungkin harus berfikir ulang bagaimana dan apa yang harus dilakukan agar menjadi perempuan yang dihormati oleh kaum laki-laki dan bisa menjaga izzah (kehormatan) diri. Sekarang saatnya kita berfikir dan mengaku pada diri sendiri sejujur-jujurnya, apa jalan yang kita tempuh untuk memperjuangkan si Mitsaqon Ghalidzha ini udah merupakan jalan yang terbaik, suci dan diridhoi menurut Allah n Rasul-Nya? (hayoo..bukan menurut kita sebagai manusia lho ya, ayo kita buang ego-keinginan-nafsu pribadi disini..) Jika dirasa belum, yuk kita sama-sama bermuhasabah (bercermin diri), memperbaiki diri sambil terus mencari jalan seperti apa yang diridhoi-Nya untuk menuju si Mitsaqon Ghalidzha ini, juga mulai belajar lebih lanjut dan membekali diri dengan ilmu untuk nantinya mengelola pernikahan, karena pernikahan itu bukanlah akhir, namun merupakan awal baru, dimana pasti akan datang masalah-masalah yang kalau kita ga tau ilmunya, ga bisa mengelola emosi, dan ga bisa mengkomunikasikannya dengan pasangan kita malah nantinya jadi UUC (ujung-ujungnya cerai) kayak para artis itu,, Ga mau kan melalukan sesuatu yang halal tapi jadinya dibenci oleh Allah yaitu bercerai itu? Makanya, yuk, sama-sama mulai belajar!

(Sumber : Al-Qur’anul Karim, Awas, Illegal Wedding, Dari Penghulu Liar Hingga Perselingkuhan, Nurul Huda Haem, Penerbit Hikmah 2007 ; Muhasabah Cinta Seorang Istri, Asma Nadia dkk, Lingkar Pena Publishing House & AsmaNadia Publishing House 2009)

TRAGEDI KAMPUNG AILAH

#teruntukparada’i

Al Qur’an (QS 7/163-166, 2/65-66, dan 4/47) mengkisahkan mereka yaitu penduduk kampung Ailah (elat) yang melanggar ketentuan Allah pada hari Sabtu.

Kampung Ailah adalah satu tempat antara Madyan dan Thur yang letaknya di pesisir laut.
Penduduk Ailah adalah Bani Israil pengikut N. Musa AS, yang kukuh berpegang kepada Kitab Taurat. Kemudian Allah Ta’ala menetapkan aturan berupa larangan berburu ikan di hari Sabtu, dan dihari itu dijadikan hari Akbar untuk beribadah saja.
Teapi justru ikan-ikan bergerombol menuju pantai dan nampak kepermukaan, pada hari Sabtu dan dihari-hari selainnya malah menjauh dari pantai dan sembunyi dikedalaman laut dan kokohnya karang, seolah-lah menggoda kekuatan Iman mereka. “di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka” (QS Al-A’raf (7):163)
Ini adalah percobaan dari Allah Ta’ala: “Demikianlah Kami menguji mereka.” Yaitu Kami menguji mereka dengan banyaknya ikan-ikan pada hari Sabtu. (QS Al A’raf (7):163)

Rupanya pesona dunia lebih menarik hati mereka daripada akhirat, sehingga mereka tergoda untuk menangkap ikan pada hari sabtu. Mereka melanggar larangan Allah Ta’ala pada hari sabtu (QS 7/163 dan 2/65).

Lalu mereka mencari-cari alasan supaya dapat menangkap ikan pada hari sabtu, yaitu dengan memasang pancing, jala, dan perangkap sebelum hari Sabtu (hari jum’at), maka ketika ikan-ikan itu datang pada hari Sabtu dalam jumlah besar seperti biasanya, tertangkaplah dan tidak dapat lolos dari jaring dan perangkapnya. Ketika malam hari tiba, setelah hari Sabtu berlalu, mereka segera mengambil ikan-ikan tersebut. (Ibnu Katsir, Tafsir Al Qur’anul Adzhim, 1/288-289).

Tidak seluruh penduduk Ailah melanggar ada yang tetap setia dengan titah Ilahi. Sebagian kecil dari mereka tidak berburu Ikan pada hari Sabtu.
Tetapi mereka terbagi dua ada yang berani memperingatkan mereka yang melanggar larangan hari Sabtu ada juga yang tidak mau resiko dengan bertindak diam.
Justru perdebatan terjadi diantara orang yang Taat kepada Allah Ta’ala.
Pada puncak perdebatan mereka, keluarlah argument dari kedua belah pihak.

Orang yang diam, tidak mencegah kemungkaran berkata: “Mengapa kamu menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengadzab mereka dengan adzab yang amat keras?” (QS Al A’raf (7):164)
Orang yang mencegah kemungkaran berkata: “Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertaqwa.” (QS Al A’raf (7):164)

Perdebatan berhenti dan akhirnya penduduk Ailah terbagi 3:
1. Penduduk yang Fasiq dengan melanggar larangan Allah pada hari Sabtu.
2. Penduduk yang tidak melanggar tetapi mereka
Tawaquf (diam) dengan membiarkan orang-orang fasiq melanggar larangan hari Sabtu,
3. Penduduk yang tidak melanggar dan mereka Dakwah dengan memperingatkan orang-oarang fasiq.

Atas pelanggran mereka, Allah Ta’ala menurunkan adzabnya. Mereka dikutuk menjadi kera yang hina
(2/65, 4/47 dan 7/166).

Yang dikutuk menjadi kera yang hina adalah golongan Fasiq dan tawaquf. Sementara yang taat kepada Allah dan berdakwah diselamatkan Allah Ta’ala.

Maka tatkala mereka melupakan apa yang telah diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang lalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasiq. Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang mereka dilarang mengerjakannya, Kami katakan kepadanya, “Jadilah kamu kera yang hina!” [QS Al-A’raaf (7): 165-166]

Setelah mereka menjadi kera, maka mereka hidup selama 3 hari sebagai kera setelah itu dimusnahkan dari bumi dalam keadaan tidak melahirkan seorangpun keturunan.
Dan mereka tidak hidup di muka bumi kecuali tiga hari saja, tidak makan dan tidak minum serta tidak melahirkan keturunan. (Ibnu Katsir, Tafsir Al Qur’anul Adzhim, 1/288-289).
Oo-

Semoga kisah ini tidak sekedar menjadi “dongeng” pengantar tidur tetapi menjadi Mauidhah (nasihat) bagi orang-orang yang bertaqwa, firman Allah: “,,Maka Kami jadikan yang demikian itu sebagai peringatan bagi orang-orang di masa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa.” [QS Al-Baqarah : 65-66].

Wahai saudaraku!!”

Tidak ada kata mundur dan menyerah bagi para pejuang kebenaran, jadilah kalian sebagai _”thoifah manshuroh”_
Bergerak, melangkah dan muhasabah sekecil apapun yang di lakukan, semua akan dimintai pertanggungjawabannya.
“Hiduplah di jalan da’wah”

ﻭَﻛَﺄَﻳِّﻦْ ﻣِﻦْ ﻧَﺒِﻲٍّ ﻗَﺎﺗَﻞَ ﻣَﻌَﻪُ ﺭِﺑِّﻴُّﻮﻥَ ﻛَﺜِﻴﺮٌ ﻓَﻤَﺎ ﻭَﻫَﻨُﻮﺍ ﻟِﻤَﺎ ﺃَﺻَﺎﺑَﻬُﻢْ ﻓِﻲ ﺳَﺒِﻴﻞِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﻣَﺎ ﺿَﻌُﻔُﻮﺍ ﻭَﻣَﺎ ﺍﺳْﺘَﻜَﺎﻧُﻮﺍ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﻳُﺤِﺐُّ ﺍﻟﺼَّﺎﺑِﺮِﻳﻦَ ‏( ١٤٦ )

“Dan berapa banyak Nabi yang berperang bersama-sama mereka banyak ribbiyun (ulama dan fuqoha`). Mereka tidak lemah lantaran musibah yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.” (QS. Ali `Imran: 146)

CeuRah cEuRia seTiap sAaT

Ayoo terus belajar,,,,